Menteri Pertahanan Prabowo Terlihat Santai, Tapi Lihatlah Strategi TNI di Natuna

oleh -

Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto memberikan keterangan yang datar di depan media.

Menhan Prabowo menjelaskan, masalah tersebut juga diharapkan tidak mengganggu hubungan ekonomi di antara kedua negara.

“Kita cool saja, kita santai kok,” imbuhnya.

Apakah lantas itu sosok Prabowo Subianto? jelas bukan.

Dengan pengalaman strateginya di militer, Menhan Prabowo dipercaya sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan rinci untuk operasi khusus di Laut Natuna.

Buktinya, bisa dilihat dari adanya pengendalian operasi siaga tempur, terkait adanya pelanggaraan di wilayah perairan laut Natuna Utara yang telah berlangsung.

Menurut Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksamana Madya TNI Yudo Margono mengatakan, operasi siaga tempur terkait adanya pelanggaraan di wilayah perairan laut Natuna Utara tidak memiliki batas waktu.

Saat ini TNI menggelar operasi dengan menurunkan dua unsur KRI guna mengusir kapal asing (China) keluar dari Natuna.

“Fokus kami sekarang ialah menambah kekuatan TNI di sana. Besok akan ada penambahan empat unsur KRI lagi untuk mengusir kapal-kapal tersebut,” tuturnya dalam konferensi pers di Pangkalan Udara TNI AL, di Tanjungpinang, Kepri, Minggu (5/1).

Yudo juga menyatakan, kapal nelayan Tiongkok menangkap ikan dengan menggunakan pukat harimau yang ditarik dua kapal di laut Natuna.

“Berdasarkan pantauan kami dari udara, mereka memang nelayan China (Tiongkok) yang menggunakan pukat harimau,” kata Pangkogabwilhan I.

Dia mengemukakan, pukat harimau di Indonesia dilarang oleh pemerintah melalui peraturan menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015.

Terakhir kali nelayan China menggunakan pukat harimau di laut Natuna sekitar tahun 2016 silam, saat itu TNI menangkap dua kapal negara asing tersebut.

Sejak penangkapkan itu, lanjutnya, tak ada lagi nelayan China yang berani menangkap ikan di Natuna.

Namun, sekarang mereka datang kembali menjarah potensi laut Indonesia.

“Bahkan aktivitas nelayan mereka kini didampingi dua kapal penjaga pantai (coast guard) dan satu pengawas perikanan China,” ucapnya.

Yudo menegaskan, pihaknya telah melakukan upaya persuasif mengajak kapal penjaga pantai China membawa nelayan-nelayannya meninggalkan perairan Natuna.

Menurut dia, sesuai aturan seharusnya nelayan China tersebut ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku.

Sementara kapal penjaga pantai memang hanya diusir keluar dari perairan Indonesia.

“Namun, kami lakukan upaya damai. Meminta mereka keluar dengan sendirinya, di samping upaya negosiasi juga dilakukan Kementerian Luar Negeri Indonesia dengan China,” ujarnya.(*)

No More Posts Available.

No more pages to load.